Title : Kisah Klasik
Author
: LersTennouji
Main
Cast : Ify Alyssa, Gabriel Stevent, Rio
Haling, Shilla Zahrantiara
“Hanya
sebuah kisah klasik seputar masa lalu yang akan membuatmu terbang melayang
menuju sebuah tempat. Tempat dimana hanya ada aku, kamu dan dia..”
***
“Hidup itu rumit, penuh pilihan dan perjuangan.” Gabriel
menepuk pundakku lalu tersenyum.
“Pilihan? Kalau boleh memilih gue gak mau dengan pilihan
hidup yang hitam ataupun putih. Gue cuma pingin hidup gue itu abu-abu.” Aku
tertunduk.
“Loe salah kalau gitu Fy. Loe gak akan pernah ngerasain
benar-benar yang namanya hidup. Hitam dan putih itu punya bumbu penyedap
masing-masing. Dibalik ada keceriaan pasti akan ada sebuah kekecewaan. Begitu
juga sebaliknya. Tapi kalau loe milih abu-abu hidup loe itu akan datar-datar
aja Fy. Gak ada bumbu penyedap sama sekali. Itu sama aja loe hidup di dunia ini
tapi jiwa loe gak akan pernah ada di dunia yang loe pijak ini.”
Aku tersenyum miris.
“Kalau gitu loe juga salah Yel. Abu-abu itu penengah
diantara hitam dan putih. Abu-abu gak akan pernah memihak hitam ataupun putih.
Walaupun pada kenyataannya abu-abu itu datar tanpa ada bumbu penyedap dari
hitam dan putih, gue bahagia. Seenggaknya gue gak harus nyicipin bumbu-bumbu
dari hitam maupun putih.”
Gabrie mendengus kesal.
“Kalau gitu tujuan hidup loe apa? Berarti loe gak ada
gunanya hidup didunia ini seandainya loe masih mempertahankan abu-abu.”
“Tujuan hidup? Tujuan hidup gue cuma satu Yel. Hanya Dia
seorang. Gue emang gak berguna kali Yel. Buktinya orang tua gue pisah gara-gara
gue. Kak Via, satu-satunya saudara yang gue punya akhirnya pergi ninggalin
dunia ini karena nyelamatin gue. Maka dari itu gue rela memendam perasaan gue
hanya untuk Shilla..”
“Kalau gitu loe egois dan loe munafik. Loe gak harus tau
perasaan Dia ke elo. Elo cukup dengan menyatakan perasaan loe ke Dia. Dan untuk
Shilla gue sangat amat yakin kalau Shilla pasti bakal ngertiin loe. Loe berdua
sama-sama perempuan kali seenggaknya bisa saling mengerti.” Aku terkekeh pelan.
“Lagi-lagi loe salah Yel. Kita memang sama-sama
perempuan. Tapi gue sama Shilla beda Yel. Beda sikap, beda pikiran, beda
perasaan dan yang loe harus tahu perempuan itu sensitif..”
Pikiranku mulai memasuki ruang waktu. Kembali dimasa
bagaimana aku tersakiti secara diam-diam..
Form: Rio Haling
Ke cafe
mixtender fy skrg. Ada yg mau gue omongin :D
Gue tunggu ya!
Janampe gak dtg lo hehe :p
Aku tersenyum
membaca pesan masuk dari kamu. Tanpa sadar wajahku merona. Kalau boleh pilih,
aku ingin kamu menyatakan perasaanmu kepadaku nanti saat di Cafe Mixtender.
Aku terkekeh
pelan. Rasanya itu adalah sebuah hal yang mustahil pasalnya kedekatanmu kepadaku
hanya sebatas sahabat. Tapi bolehkan aku berharap? Aku menginginkan lebih.
Lebih dari sahabat, lebih dari teman curhat, lebih dari kakak-adik atau
sebagainya. Yang aku inginkan adalah aku dan kamu bersatu. Bersatu menjalin
sebuah kasih.
Setelah cukup
berdandan sedikit, Aku pun mulai begegas menuju Cafe Mixtender.
*
Aku mendengus
kesal. Sudah lebih dari dua jam dari batas waktu yang sudah dijanjikan tapi Rio
belum muncul juga. Coffe Milk yang aku pesan sedari tadi mulai berhenti
menguap. Dingin. Ya dingin sama seperti hatiku saat ini karena Rio belum
menampakkan dirinya.
Aku tersentak
saat seseorang menepuk pundakku. Dengan ragu-ragu aku menoleh ke belakang. Rio
datang dengan tersenyum kecil lalu mulai berjalan dan menduduki kursi
dihadapanku. Aku menghela nafas pelan.
“Gak mau minta
maaf karena dateng telat?”
“Hehe.” Rio
terkekeh pelan sambil mengusap tengkuknya.
‘Untuk minta
maaf aja apa susahnya Yo?’ Aku meringis berusaha menahan rasa kecewaku.
“Oh iya Fy.
Ada yang mau gue omongin ke elo tapi Dia belum dateng.” Aku mengeryit heran.
Dia? Dia yang kamu maksud siapa Yo? Apa jangan-jangan Dia..
“Nah itu Dia
orangnya Fy!” Seru Rio sambil melambaikan tangannya ke arah pintu masuk Cafe
Mixtender.
Aku memejamkan
mataku. Berusaha menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang terus menggelayuti
setengah dari memori ingatanku.
Derap langkah
kaki semakin mendekat. Aku terus memejamkan mataku. Menghela nafas pelan dan
mulai membuka mata.
“Hai..”
Tubuhku
menegang. Suara itu.. suara yang sangat aku kenali.
Aku menahan
nafas saat Rio berdiri dan mulai menarik kursi di samping kanannya dan menuntun
Shilla untuk duduk di tempat itu.
“Fy, kenalin
ini Shilla. Dia yang kumaksud Shilla Fy! Hehe.” Aku tersenyum kikuk.
“Hai Fy!”
Shilla tersenyum sambil mengambil Coffe Milk punyaku.
“Minta ya Fy
hehe. Haus nih gue.” Aku tersenyum lalu mengangguk.
“Jadi apa yang
mau di bicarain?”Aku mulai memasuki inti pembicaraan. Helaan nafas Rio
terdengar samar-samar di telingaku.
“Gue mau
bilang.. Gue—“
Rio menghela
nafas -lagi- sedangkan Shilla menunduk sambil memutar-mutar gelas Coffe Milk
punyaku.
“Gue sayang
Shilla. Gue mau loe restuin hubungan gue dengan Shilla. Shilla bilang ke gue
kalau dia takut elo gak setuju. Dan akhirnya gue ngundang loe kesini untuk
mengetahui apakah elo setuju kalau gue menjalin kasih dengan Shilla?”
Aku memejamkan
mataku dan mendesah pelan. Aku sadar bahwa kini semua akan berakhir. Bahwa pada
kenyataannya itu semua hanya mimpi belaka. Menjalin kasih denganmu hanya
sebatas angan-angan yang tertembus awan dan itu semakin membuatku yakin bahwa
aku tidak akan bisa menggapaimu.
Aku membuka
mataku.
“Gue setuju
loe sama Shilla.” Aku tersenyum lalu mulai memegang tangan Rio dan Shilla.
Shilla menatapku tidak percaya.
“Loe berdua
cocok. Loe jangan takut Shill, gue pasti restuin hubungan kalian. Kalian itu
raga dan jiwa gue.” Aku menumpukkan tangan Rio diatas tangan Shilla.
Rio dan Shilla
saling pandang dan tersenyum tanpa sadar aku menghela nafas pelan. Loe berdua
emang raga dan jiwa gue, tanpa kalian gue akan seperti sampah-sampah kering
yang terhempas kemanapun angin bertiup.
Aku melepaskan
tanganku dari tangan Rio dan Shilla. Rio memegang pundak Shilla lalu mulai
menatap tajam mata bening Shilla.
“Aku emang
bukan Cakka mantan kamu dulu. Aku hanya Rio dengan berbagai kekurangan. Dan aku
tahu kamu memiliki banyak kelebihan. Aku suka kamu bukan karena kelebihan kamu,
tapi aku suka kamu karena pancaran matamu yang membuat aku teduh dan nyaman
berada di dekatmu. Tapi jauh di dasar hatiku, aku ‘sayang’ kamu bukan ‘suka’
kamu. Gak harus ada alasan untuk selalu sayang sama kamu tapi akan ada beribu
alasan untuk aku suka kamu. Jadi maukah kamu menulis namaku di lubuk hatimu dan
memberikan ruang tersendiri untuk aku hidup dihatimu?” Rio mengelus pipi Shilla
lembut.
Aku tersenyum.
Ini saatnya aku harus benar-benar pergi dari kehidupannya tanpa melepas rasa
kasih di hatiku.
“Aku sadar
bahwa pada kenyataannya bukan hanya Cakka yang dapat membuatku jatuh cinta.
Tapi kamu.. kamu yang membuatku bisa jatuh cinta lagi dan setelah Cakka hanya
ada namamu yang terukir indah dihatiku. Yang kamu harus tahu bahwa hatiku
sepenuhnya tertutupi dengan namamu tidak ada nama lain. Hanya namamu dan hanya
kamu..”
Shilla
tersenyum dan lantas memeluk seseorang didepannya kini. Rio membalas pelukannya
sambil tersenyum.
Aku menggigit
bibir bawahku berusaha menahan rasa perih yang menjalar disetiap hatiku. Sesak
dan penuh dengan kekecewaan. Kekecewaan karena aku tidak bisa memilikimu sampai
kapanpun. Dan pada akhirnya aku hanya bisa meratapi kekecewaan tersebut yang
tanpa sadar ditorehkan karena olahku sendiri.
Aku mulai
beranjak dari tempatku membiarkan dua insan di depanku ini menaruh cerita cinta
yang akan di ukir mulai dari sekarang dan akan selalu menjadi kenangan terindah
bagi kedua insan tersebut.
Aku tersadar saat Gabriel menepuk pundakku.
“Apa loe masih tetep mempertahankan abu-abu?”
“Gue akan selalu pilih abu-abu. Karena mereka jiwa dan
raga gue, dan gue gak akan menyakiti hati siapapun hanya karena sebuah perasaan
yang menjalar dihati gue saat ini.” Aku tersenyum miris.
Gabriel merengkuh tubuhku di pelukannya.
“Gue gak bisa nolong loe karena ini masalah hati. Gue
hanya bisa mendukung apapun keputusan loe nanti. Apapun yang loe pilih abu-abu,
hitam maupun putih gue selalu berada dibelakang loe. Karena gue sahabat loe.”
Aku tersenyum saat Gabriel mengungkapkan isi hatinya.
“Makasih buat semuanya Yel..”
Gabriel semakin mengeratkan pelukannya. Membiarkan rasa
sesak yang menjalar ditubuhku berpindah atau seenggaknya berbagi kepada
Gabriel. Lagi-lagi aku tersenyum.
***
Tamat! Haha :p Nantikan sekuelnya yang gak tau kapan di
post~ \m/
Yoshill? Fyel? atau Rify kah yang
di akhir cerita sekuel nanti? Pengennya sih yang terakhir haha ^^ Yaudah minta
komennya ya! Thanks :3
@LersTennouji
0 komentar:
Posting Komentar
Enjoy your comment! :)