BG - 3
Tidak terasa sudah seminggu Ify bersekolah di Frencos.
Keadannya masih sama seperti ketika Ify pertama kali menginjakan kakinya di
sana. Ify yang selalu dilihat dengan berbagai sudut pandang, sirat kekaguman
jika menatap wajahnya dan hal-hal yang tidak bisa diungkapkan lainnya.
Gerak-gerik Ify sekecil apapun akan menimbulkan suatu perbincangan yang pasti
bisa ke arah positif maupun negatif. Tapi Ify sendiri sudah mulai terbiasa
dengan perbincangan yang berhubungan dengan dirinya. Hanya menganggap angin
lalu dan yang terpenting mereka semua tidak tahu apa-apa tentang dirinya.
Dan perbincangan tentang dirinya dimulai lagi pagi ini.
Ketika Ify berjalan berdampingan bersama Alvin melewati koridor sekolah. Ify
hanya tersenyum ramah beda dengan Alvin yang berjalan secuek mungkin.
Ify dan Alvin berhenti tepat di kelas X-Azmo. Setelah
berpamitan dengan Alvin, Ify langsung memasuki kelasnya. Tepukan di pundaknya
membuatnya behenti dan menoleh ke belakang.
“Hey Fy!” Sivia berdiri di depan Ify dengan cengiran khasnya.
Ify terdiam sesaat dan menatap Sivia sebal. Ditariknya lengan
Sivia menuju kantin. Sivia hanya pasrah tangannya ditarik begitu saja dan
segera mengikuti langkah Ify yang terburu-buru.
“Kok lo bisa ada di sini? Jangan bilang kalo lo pindah ke Frencos?
Oh syalalala.” Ify menggelengkan kepalanya perlahan-lahan.
Sivia hanya tersenyum kecil. “Lagian di Higo nggak seru kalau
lo nggak ada. Berasa kayak makan nasi tanpa garam haha.” Sivia menjawil dagu
tirus Ify.
Ify menunjukkan ekspresi seperti mau muntah. Sepersekian
detik keduanya tertawa bersamaan. Tidak peduli dengan kantin yang saat ini
sedang ramai karena rata-rata anak Frencos sendiri memilih makan pagi di
sekolah.
Ify memberhentikan tawanya dan mulai bertanya lagi kepada
Sivia. “Terus Gabriel ikut juga?”
“Gue ngajakin sih tapi Iyel nggak mau. Teman-teman
tongkrongannya selain kita tentunya pada di Higo. Dan akhirnya cuma gue yang
pindah haluan ke Frencos.” Sivia terkekeh pelan.
Ify hanya tersenyum miris melihat kedekatan Sivia dan
Gabriel. Helaan nafasnya terdengar pelan di telinga Sivia tanpa Ify sadari.
Sivia sendiri hanya menganggap acuh walau sebenarnya hanya berusaha untuk tidak
peduli.
***
Sivia ditempatkan di kelas X-Azmo bersama Ify dengan bantuan
pamannya yang merupakan kepala sekolah di Frencos walau sebenarnya kepemilikan
Frencos sendiri ada Farida, Omma Ify. Sivia duduk bersama Pricilla dibelakang
tempat Ify. Tadinya ia mau duduk sebangku bersama Ify namun ternyata Ify sudah
duduk bersama Acha.
Selama pelajaran berlangsung entah kenapa Ify merasa gelisah
sendiri. Terselip perasaan gundah yang Ify sendiri nggak ngerti apa
penyebabnya. Sedangkan Acha hanya menatap teman sebangkunya dengan heran tapi
toh tidak diperdulikannya dan fokus kembali ke pelajaran.
Ify menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Menghilangkan segala
perasaan yang hampir membuatnya gila. Sekitar dua puluh menit kemudian bel
istirahat berbunyi. Kali ini Ify mempergunakan istirahatnya menemani Sivia
untuk tour melihat-lihat apa aja yang ada di Frencos.
Frencos sendiri termasuk sekolah elit kawasan teritorial
wilayah tingkat nasional. Isinya mayoritas orang-orang bonjour tapi orang-orang
kalangan biasa juga bisa bersekolah disini tentunya. Fasilitas yang bisa
dibilang paling lengkap diantara sekolah lain membuat orang-orang ingin
bersekolah disana. Lapangan bassball, hall indoor basket, swimming pool, lapangan
outdoor, ruang serba guna, taman baca, dan terakhir gedung-gedung yang
berjulang tinggi dan luas ada di Frencos. Gedung dengan tingkat 3 level. Level
Z-Frencos untuk Sekolah Dasar, I-Frencos untuk SMP dan terakhir A-Frencos untuk
tingkat SMA.
“Disini ada hall indoor basket?” Tanya Sivia saat melihat
gedung yang menjulang di samping lapangan outdoor.
Ify mengangguk kecil. Sivia lantas menarik Ify menuju hall
indoor basket. Sesampainya disana, Sivia membuka pintu akses untuk memasuki
tempat tersebut. Loker-loker tiap siswa dapat dilihat di samping kanan dan kiri
saat pintu terbuka.
“Gue mau main. Sparing yuk!” ajak Sivia saat membuka loker
miliknya bertuliskan Sivia A [X-Azmo]. Padahal Sivia baru masuk hari ini tapi
loker untuk Sivi sendiri sudah ada. Itulah keunggulan kecepatan fasilitas yang
ada di Frencos.
Sivia mengambil baju basketnya yang ada di dalam loker
tersebut. Dan langsung menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Ify hanya
menatap malas Sivia dan berjalan menuju pinggir lapangan basket.
Lima menit kemudian Sivia sudah kembali dengan baju dan
celana khas basket putri andalan Frencos. Seragam Frencosnya sudah diletakkan
kembali diloker miliknya.Di liriknya Ify yang ada di tepi lapangan tanpa ikut
berganti baju seperti dirinya.
“Lo nggak main?” Sivia mengambil bola basket di ujung
lapangan.
“Apaan gue aja nggak bisa mainnya.” Ify menatap malas Sivia
sambil mencibirnya.
“Elaaah sepik aja dulu. Cepet sono ganti udah lama gue gak
sparing sama elo.” Sivia tersenyum
kecil.
“Hahaha. Kalau kalah jangan nangis tapi ya!” Ify menggerling
lucu ke arah Sivia dan berjalan menuju lokernya.
***
Dua puluh menit sudah berlalu antara sparing Sivia dengan
Ify. Entah bagaimana permulaannya sekarang Sivia memimpin dan mulai menshoot
bola dengan jarak jauh. Dan sepertinya dewa fortuna sedang tidak berpihak ke
Sivia kali ini, dengan segera Ify merebound bola itu dan membawanya ke daerah
pertahanan Sivia. Ify mempercepat langkah kakinya dan segera melakukan slamdunk dengan mulus.
Sivia mengelap peluhnya yang menetes. Tawa besarnya menggema
di hall indoor ini. “Nggak nyangka seorang Ify cucu dari Omma Farida semakin
menunjukkan kecowok-cowokannya. Hahaha.” Sivia segera berjalan ke tepi lapangan
dan duduk di sana.
Ify mendelik sebal. “Maksud lo?”
“Elo kan bukan cewek tulen Fy.” Dan seketika tawa menggelegar
keluar dari mulut Sivia. Ify menimpuk Sivia dengan handuk kecil yang tadi di
bawanya dari loker.
“Kan sejak elo beralih menjadi ‘tumpuan’ Omma, nggak ada lagi
namanya Ify yang gue kenal. Tapi sekarang.. you know lah. Jarang-jarang gue
liat lo main basket lagi.” Sivia mengambil minum yang tersedia di pinggir
lapangan.
“Yaa my live in the now rich again rick. Sometimes painful
and sometimes not. Gue kayak punya kepribadian ganda. Di sekolah lo bakal liat
sosok diri gue yang sebenarnya tapi ketika gue keluar dari lingkungan sekolah..
I was not really hmm.”
Sivia menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Gue tau elo
punya banyak sisi yang berbeda. Kadang bisa disentuh tapi kadang juga elo
seperti kaktus susah banget kalo disentuh.”
Ify tertawa pelan. “Gotcha! Lo emang the best banget deh!”
Dicubitnya kedua pipit Sivia yang chubby sekencang mungkin sambil melepaskan
tawanya.
***
Alvin menghampiri Ify sambil membawa minuman ke kantin
setelah tadi mencarinya ke kelas X-Azmo dan Ify tidak ada di sana. Alvin segera
duduk di depan Ify yang terlihat mengobrol dengan.. Sivia. Alvin terbelalak
lalu menyentuh kening Sivia dengan satu jari dan tanpa di duga-duga oleh Sivia,
Alvin menoyornya.
“Eh buset kak main toyor-toyor aje. Gila ye kakak lo Fy.”
Sivia merengut sebal sekaligus mencibir sambil melihat Ify.
“Lah lagian lo kok bisa ada di sini? Pakai seragam Frencos
lagi.” Ify terkekeh melihat raut wajah Alvin yang melongo khas kayak sapi ompong..
ups.
“Denger ya kak Alvin jelek. Sivia Azizah SEKARANG sudah
bersekolah di FRENCOS.” Ucap Sivia dan menekankan kalimatnya di beberapa kata.
Alvin hanya bergumam lucu. Pandangannya beralih ke Ify yang
terkekeh pelan. “Tadi abis kemana Fy?”
“Nganterin Sivia tour
keliling Frencos terus tuh anak ngajak sparing kak.” Ify mengambil milkshake
yang ada di genggaman Alvin.
“Oh pantes. Tadi kakak
cariin di kelas kamunya nggak ada. Eh iya tumben mau di ajak main basket lagi?
Udah ada patner yang setara ya? Haha.” Alvin mengusap puncak kepala Ify.
“Woiya dong. Sivia gitu. Ify mah masih dibawah, Sivia yang
diatas. Haha.” Alvin melirik ke arah Sivia yang tiba-tiba ikut dalam percakapan
dirinya serta Ify. Lalu mencubit pipi Sivia kencang.
“Ya gitu deh kak hehe.” Ify menunjukkan cengiran khasnya saat
Alvin menatap ke arahnya.
Kini entah disadari atau engga, Sivia sudah menjadi topik
perbincangan di Frencos karena cap sebagai ‘anak baru’ sudah bisa menjalin
keakraban terhadap Ify serta Alvin. Sedangkan dari banyaknya siswa-siswi yang
bersekolah di Frencos tidak ada yang seberani dirinya apalagi bisa berstatus
‘dekat’ dengat mereka. Sampai sekarang berbagai spekulasi muncul tapi belom ada
yang terjawab sama sekali. Tentang bagaimana asal-usul Ify yang bisa dekat dengan
Alvin, seorang cucu pemilik sekolah serta penerus keluarga terpandang di
seluruh dunia serta keakraban ‘anak baru’ yang sudah bisa dekat dengan mereka.
Mungkin hanya waktu yang bisa menjawab semuanya...
-0-0-0-0-0-
Cheers,
@Lcoaster17
0 komentar:
Posting Komentar
Enjoy your comment! :)