BIL - 2
Mario berjalan memasuki kamarnya dengan senyum merekah. Perasaannya sedang melambung tinggi karena satu nama. Hanya Alyssa yang bisa membuatnya seperti itu. Dia duduk di meja belajarnya. Matanya mengarah pada pigura foto yang ada di hadapannya.
Disana terlihat seorang anak laki-laki dan perempuan. Keduanya tersenyum polos khas anak-anak. Baju yang mereka kenakan lusuh akibat terciprat tanah yang basah. Namun begitu, mereka terlihat sangat menikmatinya.
Mario tersenyum kecil. “Sesuai janji aku pada kakak. Aku akan segera merubahnya kembali menjadi seperti dulu.”
Sesaat Mario menghela nafas pelan. “Dia seperti yang kakak ceritakan. Kalau suatu saat hatiku berlabuh padanya, apa kakak marah? Aku.. aku berharap kakak nggak marah.”
Berlama-lama menatap foto didepannya membuat Mario merasa betah. Sesuatu yang terasa jauh dengannya kembali terasa dekat saat melihat fotonya saja. Akhirnya Mario bangkit dari duduknya dan melangkah menuju lemari pakaiannya. Mengambil satu helai pakaian untuk mengganti baju sekolah yang sedang dipakainya.
Suara ketukan pintu membuat Mario tergesa-gesa mengganti pakaiannya. Setelah selesai, dia kemudian membuka pintu kamarnya. Terlihat mamanya sedang berdiri di depan pintu dengan tersenyum kecil.
“Makan dulu yuk. Mama udah nyiapin makanan kesukaan kamu.”
Mario tersenyum lebar. Kemudian beranjak dari kamarnya untuk ke ruang makan. Tangannya merangkul bahu mamanya. Sesekali dia mengecup pipi mamanya yang di iringi tawa kecil dari keduanya.
“Gimana hari pertamamu sekolah?” tanya sang mama saat mereka berdua telah sampai diruang makan dan duduk di kursi yang sudah di sediakan.
“Temen-temen baik semua. Intinya aku senang sekolah disana.” Mario mulai menyantap makanannya.
“Mama harap kamu nggak lupa dengan statusmu sebagai pelajar...”
Mario menganggukkan kepalanya perlahan. “Iya aku tau ma..”
***
Alyssa kembali berada di taman yang pernah di datanginya kemarin sore. Dia duduk di bawah pohon yang rindang. Tempatnya terlihat sejuk dan membuatnya merasa nyaman. Dia mengeluarkan buku berukuran A4 dari tas selempang yang di bawanya.
Alyssa membuka halaman pertama. Di halaman itu terdapat sketsa foto keluarganya. Dia tersenyum miris melihatnya. Tangannya kembali membuka halaman berikutnya. Sketsa seorang anak laki-laki yang memegang permen lolipop. Matanya mengarah di sudut kanan bawah. Disitu tertera tanggal pembuatannya. Dan berarti sketsa ini dibuat sekitar tujuh tahun yang lalu.
Dia menghela nafas pelan. Matanya memandang kosong kearah sketsa didepannya. Pikirannya mengalun ke bawah alam sadarnya.
Saat itu Alyssa berumur sepuluh tahun. Kedua orang tuanya sedang pergi keluar kota. Karena bosan, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke taman.
Berjalan sendirian tanpa ditemani siapapun. Hingga seorang anak laki-laki yang sedang membawa permen lolipop berlari melewatinya. Matanya terus memandangi segala pergerakan anak laki-laki itu.
Tanpa diperintahkan, kakinya berjalan membawanya ke arah anak itu. “Hei.” Sapanya.
Anak itu menoleh. “Ya?” Matanya yang indah memandang bingung kearah Alyssa.
Alyssa tersenyum polos. “Boleh bagi lolipopnya? Hehehe.”
“Kamu mau?
Alyssa menganggukkan kepalanya cepat. Tangannya segera mengadahkan kearah anak laki-laki di depannya.
Semburan tawa terdengar dari anak itu. “Nih aku bagi satu. Tadi aku abis beli dua soalnya. Tuh di ujung sana.”
Alyssa mengikuti arah pandang yang ditunjuk olehnya. Matanya menangkap sebuah toko permen di ujung jalan. Senyuman lebar menghiasi wajahnya. “Nanti aku minta mama buat anterin kesitu ah.” Gerakan kepalanya mengangguk seirama dengan jalan pikirannya yang melintas tiba-tiba di kepalanya.
“Nama kamu siapa?”
Alyssa mengalihkan pandangannya dan kembali fokus dengan anak laki-laki di depannya. Dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, dia kembali berujar. “Aku Alyssa. Kamu?”
“Aku Riel hehe. Nih buat kamu.” Tangan Riel segera menyerahkan permen lolipop kearah Alyssa.
Alyssa menatapnya berbinar-binar. “Waaa! Makasih Riel. Kamu baik sekali hehe.” Alyssa mengambil lolipop yang ada di tangan Riel.
Riel mengangguk kecil. “Sama-sama.”
Alyssa membuka bungkusan permen lolipopnya. Dia mulai memakannya dengan mata yang berbinar. “Enak!”
Satu ibu jarinya mengarah kearah Riel. Dibales dengan senyuman kecil Rriel. Dari situ Alyssa selalu suka dengan senyum Riel yang khas. Mempunyai daya tarik tersendiri yang bisa bikin Alyssa ikut membalas senyumnya.
“Udah dulu ya Lys. Aku mau balik ketempat mama papa. Nanti dicariin kalau kelamaan. Sampai jumpa Lyssa!” Riel masih tetap tersenyum sambil berlari kecil menjauhinya.
Alyssa tersenyum menatap Riel. Kemudian dia berbalik menuju rumahnya dengan riang. Tangannya masih menggenggam lolipopnya. Sesekali dia memasukkannya ke dalam mulut.
Alyssa tersenyum miris mengingat kenangan sepuluh tahun lalu. Dia mengeluskan tangannya di atas sketsa Riel yang memegang lolipop. “Kamu.. apa kabar?”
Alyssa meneggakkan kepalanya keatas untuk menahan laju air matanya yang mulai menggenang. Hatinya terasa bergetar dan entah kenapa ada suatu ruang disana yang menyakitkan dan membuatnya sesak. Air mata yang ditahannya dari tadi jatuh luruh di pipinya.
Tepukan halus di pundaknya membuat Alyssa segera menoleh kearah belakang. Dilihatnya pemuda yang baru menjadi teman sebangkunya di kelas hadir kembali. Alyssa menghapus kasar air mata di pipinya.
“Lo lagi...” ujar Alyssa.
Mario mengangguk kecil. Matanya memandang kearah buku sketsa yang dipegang Alyssa. “Itu siapa?”
Alyssa menutup buku sketsanya rapat-rapat dan segera dimasukkan ke dalam tasnya. “Bukan siapa-siapa.”
Mario tahu betul siapa yang digambar Alyssa di buku sketsa. Walau begitu dia berusaha untuk tidak peduli dengan menanyakan kembali ke Alyssa. Tidak bisa di pungkiri, hatinya kembali merasakan sesak yang sudah lama tertanam disana.
Dia mendudukkan dirinya disamping Alyssa. Sekilas matanya mengarah ke Alyssa yang sibuk menatap kedepan. Tidak memperdulikan apa yang dilakukan dirinya.
“Seseorang yang selalu dekat dengan aku pernah bilang. Kesedihan masa lampau yang pernah dialami membuat apa yang ada di diri kita berubah. Terus berlarut hingga melupakan apa yang terjadi sekarang.”
Mario terdiam sejenak. Dia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menyisihkan sedikit rasa sakit di hatinya. Ditatapnya Alyssa yang masih berdiam diri layaknya patung.
“Emang nggak gampang buat bikin rasa sedih itu terhapus. Tapi jadikan itu sebagai batu loncatan untuk hidup lebih baik kedepannya. Dan juga jadikan masa-masa itu sebagai kenangan yang harus disimpan dengan baik.” Lanjutnya.
Alyssa menggenggam erat tali tas selempangnya. Entah kenapa perkataan Mario barusan sangat menusuk hatinya. Semua yang dibilangnya benar. Tapi Alyssa nggak akan pernah bisa melupakan kejadian itu. Kejadian yang mulai membuat dia merasa di kecewakan.
“Buat kamu.”
Alyssa menatap permen lolipop yang ada di uluran tangan Mario. Hatinya kembali merasakan sesak itu. Matanya mulai berair. Sesaat Alyssa tersenyum miris.
“Lo ngasih gue permen lolipop?” Alyssa tiba-tiba tertawa membuat Mario tersenyum kecil.
Mario menganggukkan kepalanya. Dia berusaha menahan hatinya yang teriris perih melihat tawa Alyssa yang terdengar sumbang. Ada kesedihan dibalik tawanya.
“Seseorang di dekatku pernah bilang, permen lolipop bisa meredakan sedikit kesedihan di alaminya. Karena lolipop itu permen yang bisa disukai siapa aja. Termasuk aku.”
Alyssa tertegun mendengar penuturan Mario. Kalimat terakhirnya terus terngiang-ngiang di kepalanya. Karena lolipop itu permen yang bisa disukai siapa aja. Termasuk aku.
Riel pernah mengucapkan kalimat itu. Sungguh! Alyssa bahkan masih mengingat dengan jelas apa yang dikatakan Riel di setiap saat jika Alyssa menanyakan perihal laki-laki yang memakan permen lolipop.
“Riel!”
Riel membalikkan tubuhnya ke belakang saat ada yang memanggil namanya. Dilihatnya Alyssa yang berada jauh di depannya . Saat ini mereka berada di taman itu lagi. Pertemuan tidak sengaja yang bisa membuat keduanya merasa senang. Riel lantas segera berlari menghampiri Alyssa.
“Hei Lyssa! Akhirnya aku ketemu kamu lagi hehe.”
Alyssa menunjukkan cengiran kecil di bibirnya. Rambutnya yang panjang tergurai indah di depan Riel. Alyssa menuntun tangan kanan Riel untuk mengikutinya menuju bangku yang ada di dekat toko permen.
“Kamu sama siapa kesini?” Alyssa menoleh kearah Riel.
Riel tampak berfikir sebentar. Lalu cengiran lebar menghiasi wajahnya. “Kamu mau tau aja apa mau tau banget? Hehe.”
Alyssa merenggut sebal. “Kamu diajarin siapa ngomong kaya gitu? Huh.”
“Hmm.. aku sering liat di tv-tv. Disana sering ngomong kaya gitu makanya aku ikutan hehe.” Riel menggaruk tengkuk belakangnya. Matanya menatap Alyssa yang mengkerut bingung.
Lama mereka terdiam. Riel mendadak gelisah dengan suasana yang terasa hening. Tangannya mengayunkan kedua tangan Alyssa untuk segera mencairkan suasana ini. Alyssa menatap Riel dan kemudian tertawa keras. Kedua tangannya mencubit pipi gembul Riel.
“Kamu kenapa sih?” Riel menurunkan tangan Alyssa dari pipinya. Pipinya kini terlihat merah akibat cubitan keras yang menggemaskan dari Alyssa.
“Hehe. Kata bibiku, seumuran kita kalau udah ngomong seperti itu berarti dewasa sebelum waktunya. Kebanyakan nonton tv!” Alyssa menghentikan ucapannya sejenak. Dia menatap selidik kearah Riel.
“Atau jangan-jangan... Riel sering nonton serial tv yang untuk dewasa ya? Ih Riel! Dewasa sebelum waktunya.” Alyssa terkekeh pelan.
Kini gantian Riel yang merenggut sebal kearah Alyssa. “Alyssa nyebelin. Riel masih sama kaya Alyssa kok! Riel belum dewasa.”
Alyssa mengangguk mengerti menatap Riel. Masih khas anak sepantarannya. Polos.
Riel mengeluarkan dua lolipop dari kantung jinsnya. Yang satu diberikan kepada Alyssa dan yang satu lagi untuknya. Alyssa menatap berbinar-binar permen yang diberi Riel. Dia menyambutnya dengan senang dan segera mengambil permen dari tangan Riel.
Alyssa melihat kearah Riel yang sibuk membuka bungkus permen. Setelah itu Riel memasukkannya kedalam mulutnya. Merasa diperhatikan Riel menoleh kearah Alyssa.
Tangannya menurunkan gagang permen lolipop dari mulutnya. “Ada apa?”
Alyssa menggeleng kecil. “Nggak papa. Aneh aja, cowok kaya kamu suka permen lolipop.” Alyssa mengalihkan pandangannya dari Riel. Dia membuka bungkus permennya mengikuti Riel.
Riel menatap bingung kearah Alyssa. “Memangnya kenapa kalau cowok kaya aku makan permen lolipop? Enak kok!”
“Kamu cowok Riel. Kata bibiku, cowok itu main robot-robotan dan sejenisnya. Untuk seumuran kita cowok makan permen lolipop itu udah aneh. Kalau cewek ya wajar dong, kan mainnya barbie-barbiean.”
Riel tambah mengerutkan keningnya. Memang apa hubungannya robot, barbie dan segala macamnya dengan permen lolipop? batinnya.
“Kamu tahu nggak?” Riel kembali memasukkan permen lolipopnya kedalam mulut.
Alyssa menoleh kearah Riel. “Apa?”
“Lolipop itu enak. Lolipop itu bisa di sukai siapa aja, termasuk aku sendiri. Bagiku lolipop itu udah kayak teman yang bisa aku bawa setiap saat.”
Alyssa mengangguk mengerti kearah Riel. Riel membalasnya dengan senyuman kecil.
“Alyssa!”
Alyssa tersentak. Dia menolehkan kepalanya kearah Mario yang sedang menatapnya khawatir. Tunggu... Khawatir? Mungkinkah... Alyssa segera mengenyakan pikiran yang menurutnya mustahil.
Dia membasahi kerongkongannya yang kering dan mulai membalas perkataan Mario. “Apa?”
Mario mengusap puncak kepala Alyssa. “Kamu kenapa? Aku panggilin dari tadi nggak nyahut-nyahut. Ini permen kamu dianggurin aja..”
Alyssa menepis tangan Mario yang ada di kepalanya. “Gue nggak butuh permen lo itu.”
Dia mulai berdiri dan memandang Mario datar. Kemudian dia segera beranjak dari tempatnya meninggalkan Mario yang hanya bisa menatap kepergiannya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Mario mendesah pelan. Aku harus gimana lagi kak? Batinnya.
***
Oke sesuai janji yang waktu itu aku bilang, sekarang tanggal 11 dan itu artinya segel private post untuk part 2 sudah di buka :) Untuk part 3 akan di buka tanggal 24 Agustus ya! ^^
Makasih yang udah mau baca hehe :))
@Lcoaster17