Cahaya Lilin
CL : Pengakuan Rio
***
Kau tahu Lilin? Sesuatu yang biasa dipergunakan ketika cahaya yang disekitar mu itu mati. Dan lilin akan selalu cepat habisnya. Kini kau tahu? Hidupku seperti lilin itu.
***
Hidup ini hidup yang terus bahagia..
Tetap semangat dan jangan putus asa..
Senandung lagu ku bawakan di setiap iringan langkah kaki ini. Menyusuri koridor-koridor ‘menyeramkan’ yang sudah lama tidak ku lalui. Bibir ini seakan tertarik membentuk sebuah senyuman saat membayangkan apa yang akan Dia bicarakan nanti.
Dan akhirnya lagu itu aku akhiri tepat saat aku berhenti di sebuah pintu yang ku yakini Dia berada di dalam sana bersama ‘teman-teman’ setianya.
Ku hembuskan pelan nafas ini. Menghilangkan sedikit kegelisahan yang mulai menyelinap diam-diam di tempat yang selalu ku jaga. Hati.
Lalu ku buka pintu itu dan ku langkahkan kaki ini menuju tempat Dia bersenggama dengan teman-temannya. Dia menoleh sebentar dan mempersilahkan ku duduk di depannya.
Sunyi.
Ya belum ada yang mau memulai perbincangan ini. Dia menghempaskan nafas dengan kasar. Aku tersenyum. Sepertinya akan menarik perbincangan kali ini.
“Kemana saja kamu selama ini?” Akhirnya Dia memehcahkan kesunyiaan yang terjadi antara Aku dan Dia
“Aku tidak kemana-mana.”
“Kau lupa? Kalau kamu jarang memeriksa kesehatanmu itu, penyakitmu akan semakin berbahaya!” Aku tersenyum.
“Ya, aku tahu itu.”
“Lalu, Kalau tahu kenapa kamu tidak mau memeriksakan dirimu?”
“Aku tidak ingin merubah takdir yang telah digariskan kepada ku nantinya.”
Aku mendengar dia mendesah pelan.
“Aku sudah menganggap kamu seperti anak sendiri. Saya tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Dan aku mohon, kamu harus mengikuti serangkaian itu…” Suara itu terdengar lirih. Aku tidak mau mengecewakannya, tapi aku juga tidak mau
merubah takdir yang sudah digariskan kepada ku nantinya.
“Akan kupikirkan nanti..” Dia tersenyum.
***
Aku berjalan ditengah keramaian kota. Melewati setiap tikungan. Aku tersenyum setiap melihat anak kecil yang sedang berkerubung untuk menentukan sebuah permainan. Ya mungkin. Itu hanya perkiraan ku saja. Kaki ini terus melangkah dan berhenti pada suatu tempat.
Tunggu.. Dimana ini? Sebelumnya aku tidak pernah kesini?. Tempat ini begitu jauh dari perkotaan yang selalu tertata rapih -mungkin- .Tapi tempat ini…. bisa dibilang jauh dari kata itu.
Kaki ini terus melangkah menyusuri jalan setapak yang kanan-kirinya selalu terdapat sampah. Dan diantara sampah-sampah itu terdapat sebuah kubuk yang dominannya terbuat dari triplek. Ah, andaikan saja aku seorang kaya raya sudah pasti akan ku rubah tempat ini menjadi tempat yang layak. Mereka -penghuni rumah-rumah kumuh- tiba-tiba berkerumun. Mengumpul jadi satu dan seketika membentuk lingkaran. Wajah-wajah mereka menunjukan rona bahagia. Dan seketika mereka bersorak ‘Yeaaaah! Selamat yaa Mba dan Mas semoga makin awet yaa’. Dengan didorong rasa penasaran, aku berlari menuju kerumunan orang-orang itu.
Aku berhenti. Mencari celah agar aku bisa melihat ada apa di tengah lingkaran orang-orang itu.
DEG!
“Mario...”
***
Perasaan ini.. Perasaan yang telah lama kukubur tiba-tiba menyeruak. Sungai kecil itu mengalir dari sudut mataku. Kenapa? Kenapa aku tiba-tiba menangis? Dengan kasar aku hapus air mata ini. Perasaan yang paling aku benci tiba-tiba hadir dalam hati ini.
Hah. Apalagi ini? Tidak bisakah perasaan benci ini hilang? Tolong sedikit saja...
“Fy...”
Suara itu.. suara yang ingin aku hapus dalam ingatan ini menyeruak kembali bagaikan songsong matahari yang akan terus menyinari pagi ini. Tubuh ku bergetar. Lemas..
“Fy...”
Suara itu terdengar hingga menusuk hati ini. Tetesan air mata ini tiba-tiba menyeruak tanpa disuruh. Kupejam kan mata ini menetralisir kan hati ku yang berdegup kencang. Tanpa berlama-lama lagi aku mulai beranjak dari tempat itu.
“Please don’t go!” Ck. Satu cekalan tangan itu mengehentikanku sejenak.
“Lepas!” Ku singkirkan tangannya yang masih memegang lengan tangan ku. Pandangan ku tertumbu pada mata beningnya.
“Aku mau ngomong sama kamu...” Dia mendesah pelan. Aku tau kok Yo kamu mau ngomong apa. Aku udah liat semua kejadian tadi, batin ku.
“Aku udah jadian sama Shilla.” Aku tersenyum miris. ‘Jadi kamu kesini cuma mau ngomong itu doang? Kamu telat Yo, aku udah tau sebelum kamu kasih tau aku yang sebenarnya’
“Hubungannya dengan aku?”
“Tapi Aku.. Aku masih sayang sama kamu Fy...”
***
Taraaaa! Gimana? Jelek? sadar diri kok, masih amatir B) Oke, sekarang waktunya kalian berikan sesuap komen ;3 Ditunggu yaaa~ B)
Senyum Manis,
@LersTennouji
ComingSoon:
CL : Rio Dilema?
0 komentar:
Posting Komentar
Enjoy your comment! :)