-->
Part 3 : Permasalahan mulai muncul
“alhamdullilah asma gue udah mulai reda..”batin Ify.
“gu.. gue.. ga kena..pa ke..napa chaa..”ucap Ify tersenyum miris. Sedangkan Acha? ia tersenyum pahit, karna tau Ify bohong padanya.
“gue tau loe bohong fy. Loe bisa bohongin orang lain. Tapi nggak dengan gue. Gue tau loe kaya gimana.”sindir Acha. Sedangkan Ify.? Dia hanya tersenyum. Senyum yang dipaksakan. Ify pun memberhentikan mobilnya.
“chaa.. loe bisa gantiin gue nyetir mobil ga.?”tanya Ify dengan semburat wajah yang pucat, tubuhnya pun mulai melemas. Dengan tubuh yang seperti itu mana mungkin ia bisa menyetir dengan sempurna sekalinya nyetir bisa-bisa bukan sampai rumah malah sampai Rumah Sakit. Hehe XP.
Acha pun menoleh kearah Ify.
“okeh gue gantiin tapi loe harus jawab sejujurnya fy!.” Ya itu adalah jurus ampuh Acha. Agar dia bisa tau masalah-masalah yang dihadapi Ify.
“harus kah?”
“ya loe harus jawab pertanyaan gue. Dikit ko”
Ify mengerutkan pelipisnya ‘Seandainya tadi asma gue nggak kambuh. mungkin nggak akan kaya begini.’rutuknya dalam hati. Mau tidak mau dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk menyetir, Ify pun mengangguk pasrah. Acha tersenyum penuh arti. Mereka pun bertukar tempat duduk. Setelah itu Acha langsung melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Ify.
***
“loe kenapa kak?” tanya Deva khawatir saat setelah mereka sampai dirumah Ify.
“nanti gue jelasin, yang penting kakak loe ini ditaruh ditempat yang aman dulu” cengir Acha. Ify pun menjitak pelan kepala Acha.
“gila loe Cha!” kata Ify.
“udah yang sakit diem aja. Nggak usah ngomong. Hehe..” kata Acha cengengesan. Sedangkan Ify hanya manyun. Merutuk dalam hati. Acha pun hanya nyengir dan membantu memapah Ify menuju kamarnya.
***
Deva menatap kakaknya miris. Ify yang dilihatin Deva kaya gitu langsung tersenyum. Senyum penuh arti.
“sekarang loe jelasin ke gue Fy.”
Skakmat! Batin Ify.
“-em- Dev, bisa keluar kamar gue dulu ga? Pliss.” Deva pun mengangguk seraya beranjak sebelum akhirnya ia menutup pelan pintu kamar kakaknya.
Ify mendesah pelan, merutuki dirinya sendiri. Ah andai kalau saja ia tidak kambuh. Andai.. Ya Andai..
“Fy...”
“Loe mau nanya apa Cha? Sebisa mungkin gue jawab. Itu juga kalau gue mampu.”
“Loe sakit apa?.”
“Cuma Asma.”
“Loe bilang cuma? Gila lo!” Kepalan tangan Acha bisa kulihat. ‘Dan jantung gue lemah Cha. Untuk yang ini sorry gue gak bisa ngasih tau lo. Ini cuma gue doang yang tau sekalipun Deva’
“Kenapa? Pada akhirnya nanti gue juga mati. Santai aja Acha..” Ify tersenyum menunjukan bahwa Ify tidak main-main dengan perkataannya tadi.
“Fy? Plis jangan bawa-bawa mati! Fun Words tau elo punya penyakit Asma?” Ify menggeleng perlahan sebelum akhirnya dia mendesah pelan.
“Gue harap lo gak akan ngomong apapun tentang ini sekalipun sama Fun Words. Bukannya gue gak mau ngasih tau, tapi gue gak mau ngerepotin elo semua. Keputusan gue udah bulat. Dan jangan paksa gue untuk melakukan sesuatu yang tidak gue mau.”
“ Lo nganggep kita apa sih Fy? Tega lo. Arti Fun Words bagi lo apa?! Apa lo masih gak inget motto Fun Words? Gue ingetin kalau lo lupa. Jujur dan Kepercayaan!” Acha menekankan kalimat terakhirnya. Ify tertunduk, perasaan bersalah menyelimutinya.
Ify merubah air mukanya dan kembali mengangkat kepalanya. Menatap manik-manik mata bening Acha.
“Itu pintu keluar..” Ify menunjuk dengan telunjuknya arah Pintu keluar kamarnya. “Lo bisa pergi dari sini. Maaf untuk semuanya..”
Acha tertegun. Tubuhnya menegang. Baru kali ini sikap Ify yang dulu muncul kembali. Dan kalau sudah begini, Acha gak tau harus ngapain lagi selain ngikutin permintaan Ify.
“Oke! Gue pergi. Tapi asal loe tau, gue selalu sayang sama lo dan Fun Words.” Acha mulai beranjak dari kamar Ify. Dilihatnya Ify sekilas ‘Kenapa loe gak mau jujur Fy sama kita. Gue tau masih ada yang lo sembunyiin selain ini. Gerak tubuh lo, mimik wajah lo bisa bohong Fy tapi mata bening lo yang memancarkan kedamaian gak bisa bohong Fy!’ Setelah itu Acha bener-bener pergi dari rumah Ify.
***
0 komentar:
Posting Komentar
Enjoy your comment! :)