05/05/13

BARBIE GIRL - 6


BG - 6

            Bel masuk sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu, namun sampai sekarang guru yang mengajar di kelas mereka belum memasuki kelas. Sehingga disinilah Sivia, berdiri didepan kelasnya. Sesekali matanya melirik kearah jam dinding di dalam kelasnya.Sudah pukul delapan pagi tapi Ify belum juga berada di sekolah.

            Sivia menghela nafas pelan. Setelah itu ia mulai beranjak menuju bangkunya. Mencari handphonenya untuk menghubungi Ify.

            “Temen lo mana?”

            Suara yang keluar dengan nada ketus membuat Sivia menegakkan kepalanya. Di lihatnya tiga orang teman kelasnya sudah ada disamping mejanya. Sivia merasa terintimidasi melihat tatapan mereka yang tajam. Belum lagi kini suasana kelas yang hening membuat suasana semakin tegang.

            “Kenapa memangnya?” Sivia berusaha untuk tidak terlihat takut saat semua mata mengarah padanya.

            Suara tawa menggema di kelas X-Azmo. Di ikuti dengan tatapan mengejek ke arahnya. Sivia mengalihkan pandangannya. Masih berusaha menghubungi Ify yang tadi sempat tertunda karena kedatangan tiga orang itu.

            “Temen lo takut? Haha. Seharusnya temen lo itu mendapatkan predikat Enour sekarang. Tapi ternyata temen lo itu nggak datang yah. Oh haha.”

            Sivia melirik bet nama yang ada di seragam tiga orang itu. Angel, Zahra dan Zevana batinnya. Seketika ia mendelik sebal ke arah Angel. Orang yang sedari tadi mengatakan hal yang membuat dirinya naik pitam. “Pliss! Kalau lo nggak tau apa-apa mending diam dulu aja. Takutnya nanti lo malah nyesel karena udah ngomong begitu.” Geramnya pelan.

            Angel menganggukan kepalanya perlahan. “Semoga teman lo itu bisa ngejelasin kenapa nggak masuk sekarang. Dan ketika masuk nanti selamat mendapatkan predikat Enour deh.” Tatapan mengejek diarahkan kepada Sivia.

            Sivia menatap Angel dan temannya sudah kembali ke tempat duduknya semula. Semua mata yang mengarah padanya langsung mengalihkan pandangannya. Menyibukkan kembali pada kegiatan yang mereka tunda tadi.

            Tidak lama kemudian, Frau Lia memasuki kelas mereka. Memulai hari ini dengan pelajaran bahasa jerman setelah sebelumnya meminta maaf kepada anak-anak muridnya karena terlambat memasuki kelas.

            Sivia mengurutkan pelipisnya. Jarinya mengetik sesuatu pada handphonenya. Mengirimkan pesan kepada Ify secara diam-diam agar tidak ketahuan oleh guru yang sedang mengajar.

            To : Ify Alyssa
            Lo lg dimana? Akibat lo gak masuk anak2 pd ngira lo melarikan diri dr predikat enour. Gue harap bsk lo udh msk dan selesein masalah ini secepatnya.

***

            06.00 AM -Tokyo.

            Ify bergegas menuju gedung Tripot dengan menggunakan mobil milik Rio yang ada di Perusahaan Ortez. Keduanya menggunakan pakaian musim dingin namun terlihat formal. Selama perjalanan berlangsung, Ify memainkan iPadnya. Sedangkan Rio menikmati alunan musik klasik yang ada di iPodnya.

            Wartawan yang mendengar berita desas-desus tentang kemunduran Ortez sudah ada di depan gedung Tripot mulai dini hari. Ify yang melihat headline utama berita hari inidi internet melalui iPadnya hanya tersenyum miring.

            “Lo liat ini Yo.” Ify menyerahkan iPadnya ke arah Rio.

            Rio membuka headsetnya dan menoleh ke arah Ify. “Apa?”

            Ify masih menyodorkan iPad ke arah Rio. “Lo liat aja dulu.”

            Rio mengambil iPad milik Ify dan membaca headline news yang tertampang besar dimenu utama. “Udah nyebar ternyata. Gilaa..”Rio berdecak sebal.

            “Dan ternyata anak buah lo nggak bisa melakukan tugasnya dengan baik.” Ify menarik kesimpulan yang dilihatnya.

            Mobil yang mereka naiki mulai memasuki halaman parkir. Para pengawal yang berasal dari Ortez dibantu oleh aparat keamanan langsung memulai aksinya. Dari sekitar mobil sampai pintu masuk gedung tidak ada celah sama sekali untuk wartawan menyilinap dan mengerubungi jalan menuju akses masuk pintu gedung Tripot. Sedangkan lima pengawal dikerahkan khusus berada di depan pintu mobil untuk menjaga Rio dan Ify nanti.

            Ify mengambil penutup topi beserta kacamata hitamnya. Setelah itu dipakainya agar para awak media tidak meliput hal mengenai dirinya. Itu akan membuat orang-orang mengetahui bahwa ia adalah Alyssa Saufika Jcousin, cucu dari Farida Jcousin. Untungnya mobil ini memiliki kaca film yang hitam pekat sehingga tidak ada yang bisa melihat isi di dalamnya. Para media hanya mengetahui bahwa yang akan datang ke gedung Tripot adalah pemilik utama perusahaan Haling Corp, Rio Haling.

            Sinar blitz kamera mengarah kepada Rio saat turun dari mobilnya. Rio tersenyum kecil kearahpara wartawan. Tiga pengawal yang ada di depan pintu mobil beralih ke sampingRio.

            Ify yang sudah siap akhirnya ikut turun. Para wartawan juga ikut memfoto dirinya. Ify merapatkan topinya agar menutupi setengah wajahnya. Terlebih lagi kacamata hitam yang dipakainya sangat membantunya. Dan sama seperti Rio, Ify juga dijaga ketat dengan dua pengawal di kanan-kirinya.

            “Pak Rio, Siapakah perempuan yang disamping anda? Apakah ada hubungannya dengan kemunduran Ortez?”

            “Apakah penyebab utama kemunduran Ortez adalah pembelian setengah saham pada Haling Corp yang dilakukan oleh perusahaan Entiarsa?”

            “Maaf, bisa di jelaskan kenapa anda bisa bersama dengan Pak Rio?”

            “Pak bisa tolong berikan penjelasan yang sebenarnya?”

            Berbagai pertanyaan hadir menyerbu Rio dan juga Ify. Rio hanya tersenyum tipis menanggapi para wartawan. Di langkahkan kakinya menuju pintu masuk gedung Tripot. Ify berjalan di belakang Rio sambil sesekali merapatkan topinya untuk masuk kedalam gedung.

            Penjagaan ketat benar-benar dilakukan agar Rio dan juga Ify bisa segera masuk ke dalam gedung tanpa hambatan satu pun. Sedangkan para wartawan mulai berdesak-desakkan untuk mengambil gambar mereka sekaligus masih memberikan pertanyaan yang membuat mereka berdua muak.

            Padatnya wartawan dan suasana yang ricuh sempat terjadi baku hantam antara para pengawal yang ada di sekitar gedung dan juga para wartawan. Cuaca yang begitu dingin tidak bisa mengalahkan suasana yang lagi panas di gedung Tripot.

            Rio dan Ify sudah masuk kedalam gedung. Dan segera pintunya ditutup. Satu-satunya pintu yang menjadi akses masuk kedalam. Hanya orang-orang berkepentingan yang diijinkan untuk masuk. Wartawan masih tetap setia menunggu di depan pintu masuk walau sudah di hadang oleh para penjaga dengan ketat.

***

            Alvin duduk bersama Farida di ruang keluarga. Melihat siaran langsung yang berada di Tokyo dengan menggunakan Live Streaming membuat fokus pikirannya berada di depan televisi. Hari ini ia sengaja tidak masuk sekolah dengan alasan izin pergi ke Bandung.

            Farida meneguk secangkir teh hangat yang di genggamnya. Teh membantu menjernihkan pikiran dan membuat rileks bagi siapa saja yang meminumnya. Terutama untuk Farida sendiri. Teh adalah minuman yang wajib di cicipinya setiap siang hari.

            “Omma, itu Alyssa bukannya?” Alvin menoleh ke arah Farida.

            Farida menatap berita yang disiarkan langsung dari Tokyo. Terlihat seorang anak perempuan yang sedang turun dari mobil serta dijaga ketat para pengawalnya. Farida tersenyum tipis. Dari lekuk tubuhnya dan terlihat menutupi diri membuat Farida yakin bahwa itu adalah cucunya, Alyssa.

            Keyakinannya di perkuat dengan adanya Rio yang berada di depan Ify. Farida masih memandangi siaran langsung tersebut. Menikmati tiap gerakan Ify yang kesorot kamera.Cucunya yang satu ini memang tertutup dalam dunia perbinisan apalagi menyangku para media yang kalau memuat suatu berita suka asal dan nggak dicari kebenarannya terlebih dahulu. Hanya untuk mendapatkan royalti semata.

            Sampai saat ini Farida masih memikirkan bagaimana agar Ify terekspos ke media tanpa ada sebuah kesengajaan. Itu akan meminimalisir kemungkinan terburuk di dalam dunia entertain. Karena dunia perbinisan mau tidak mau menyeret dunia entertain dalam lingkup kerjanya.

            Alvin menatap Farida yang hanya berdiam diri menikmati siaran itu. Walau tidak menjawab pertanyaannya, ia sangat yakin kalau perempuan yang berada di belakang Rio adalah Ify mengingat Farida malah asik menonton siaran tersebut.

            Alvin berdecak sebal saat melihat baku hantam yang terjadi di gedung Tripot karena para wartawan mulai menerjang masuk ke dalam gedung. Jaman sekarang cara apapun bakal di lakukan untuk mendapat berita yang menggemparkan dunia.

            Untungnya itu tidak berlangsung lama karena penjagaan di depan pintu masuk sangat di perketat dan akhirnya wartawan menyerah untuk masuk ke dalam. Hanya menunggu di pintu masuknya saja.

            “Apa yang sedang di rencanakan Omma hingga memperbolehkan Alyssa bersama Rio di Tokyo cuma berdua saja?”

            Pertanyaan Alvin yang menurutnya bersifat pribadi membuat Farida tersenyum tipis. Hal itu tentu menimbulkan tanda tanya besar pada Alvin sendiri.

            “Kenapa?” Alvin mengulang pertanyaan yang sama kepada Farida.

            Farida meneguk kembali minumannya lalu menatap Alvin sekilas. “Harusnya kamu sendiri tahu Alvin. Karena kamu juga pernah mengalaminya walau dengan cara yang berbeda.” Farida menatap Alvin dengan senyuman kecil. Senyuman kecil yang membuat Alvin bergidik dalam hati.

            “Apa Omma sudah mengetahui sebelumnya tentang Ortez yang akan mengalami kemunduran? Makanya Omma langsung membolehkan Rio mengajak Alyssa untuk pergi membenahi masalah disana.”

            Alvin masih memberikan pertanyaan yang menganggu pikirannya sejak Ify mengirimkan pesan padanya. Pandangannya beralih kepada televisi yang tiada hentinya memberikan liputan terkini mengenai berita kemunduran Ortez dan juga tentang siapa perempuan yang bersama Rio menuju gedung Tripot.

            “Terkadang kekuasaan yang kita pegang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya Alvin.”

            Setelah mengatakan perkataan tersebut Farida beranjak dari duduknya. Menuju ruang kerjanya. Alvin menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan pandangan masih mengarah ke arah televisi. Menanti kelanjutan berita terkini yang menyiarkan langsung dari Tokyo. Walau pikirannya masih berusaha mencerna dengan baik perkataan Farida.

***

            Rio berdiri di depan para karyawannya. Lekuk wajahnya yang terlihat dingin dan menyeramkan saat ini membuat para karyawannya menundukkan kepalanya. Ify yang berada disamping Rio kini berjalan dan duduk di meja yang telah di sediakan.

            Ify membuka topinya tapi tanpa melepaskan kacamata hitamnya. Membuka semua berkas karyawan yang ada di meja. Sesekali melirik ke arah Rio yang terlihat seperti memberikan ospek kepada karyawannya. Ia tertawa pelan saat perkataan tersebut melintas dipikirannya.

            Ketika melihat sesuatu yang janggal pada lima berkas karyawannya, Ify mengisyaratkan Rio untuk menghampiri dirinya. Menyerahkan lima berkas yang menurutnya harus diwaspadai. Mengingat banyak sekali yang ingin mengambil kepemilikan Ortez dengan mengalihkan dana yang masuk dan memanipulasi dana keluarnya.

            Sementara itu dibalik kacamata hitamnya, Ify dengan puas memperhatikan setiap gerak-gerik para karyawan yang berbaris tidak jauh di depannya. Menatap ke arah Rio yang sesaat rahangnya mengeras karena menyembunyikan emosinya.

            “Gimana?” Ify menumpu kedua tangannya di meja.

            Rio menganggukkan kepalanya. “Ya yang seperti lo bilang.” Bisiknya pelan.

            “Gue serahin ke elo sepenuhnya. Gih silahkan.” Ify tersenyum kecil kearah Rio.

            Rio berjalan menuju tempat semulanya sambil membawa berkas yang ada di tangannya. “Saya sudah memegang lima berkas yang bisa menjadi barang bukti tindak kecurangan diantara kalian.” Rio tersenyum tipis.

            Di sisi lain Ify hanya menikmati gerak-gerik Rio terhadap bawahannya. Baginya Rio itu seperti harimau. Tenang tapi terkadang menyeramkan. Itu mungkin gambaran untuk sifat seorang Rio. Tenang dalam melakukan kegiatan apapun tapi bisa menjadi menyeramkan jika ada hal yang mengganggunya.

            Ify mengambil handphonenya yang bergetar dua kali. Tanda pesan masuk. Ia mengeryit heran saat melihat nama pengirim pesan di layar handphonenya adalah Sivia. Tanpa menunggu waktu, Ia segera membuka pesan tersebut.

            Oh my god! Batinnya saat membaca pesan masuk.

            Ify mengurut pelipisnya. Ia bingung harus bagaimana sekarang. Untuk sekarang ia nggak mungkin meninggalkan kota Tokyo selama masih dalam penuntusan masalah perusahaan Ortez. Tapi... ia juga nggak bisa meninggalkan sekolahnya. Apalagi satu sekolah sudah mulai curiga kepadanya.

            Ia mendesah pelan. Lalu segera membalan pesan Sivia.

            To : Sivia A

            Nanti pas masuk gue pikirin caranya. Lo tenang aja.

            Ify segera menekan tombol send. Fokusnya sekarang adalah menuntaskan masalah Ortez baru sehabis itu tentang predikat Enournya. Matanya mengarah pada Rio yang sudah menyisihkan lima orang yang melakukan tindak kecurangan pada perusahaannya.

            Semua karyawan yang tidak melakukan tindak kecurangan sudah di ijinkan kembali ke Ortez untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Ify mengenakan kembali topinya dan mulai beranjak ke arah Rio.

***

            Press conference sudah di adakan lima belas menit yang lalu. Pertanyaan demi pertanyaan menyerang bagaikan bom atom ke arah Rio dan Ify yang sedang duduk didepan. Rio hanya menjawab seadanya namun dengan tegas dan tidak pandang bulu.Sedangkan Ify cuma berdiam duduk di sebelah Rio.

            “Saya memang menyisihkan lima orang karyawan yang ada di perusahaan Ortez. Mereka terlibat dalam tindak kecurangan sehingga Ortez akan mengalami kemunduran jika tidak segera ditangani.” Ucap Rio saat salah satu wartawan menanyakan tentang kebenaran penyisihan karyawan.

            “Bisa diperkenalkan siapa yang berada di samping bapak?”

            Rio menolehke arah Ify sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah wartawan. “Dia adalah teman saya.” Ucapnya.

            Ify tersenyum kecil agar meyakinkan para awak media tersebut. Dalam hati ia berterima kasih kepada Rio yang membantunya untuk tidak terlalu terekspos ke media.

            “Kalau cuma teman kenapa bisa ikut ke dalam rapat yang sangat penting itu? Bisa tolong berikan penjelasan yang jelas?”  Tanya salah satu wartawan yang berada paling belakang di ikuti anggukan dari yang lainnya.

            Rio tersenyum tipis. “Waktu untuk Prescon sudah habis. Saya masih ada urusan lain. Terima kasih kepada para media yang telah memberikan waktunya untuk datang ke sini.”

            Rio segera beranjak dari duduknya di ikuti oleh Ify. Penjagaan ketat pun dilakukan untuk sampai ke mobil. Para media masih juga memburu ke arah mereka dengan selingan pertanyaan yang semuanya hampir sama. Jawaban yang di berikan Rio saat tadi tidak cukup memuaskan para media sehingga mereka masih memburu informasi kearahnya.

            Ify mempercepat langkahnya menuju mobil di ikuti oleh Rio. Sesampainya di mobil, Rio memberikan intruksi kepada sopirnya untuk segera menjalankannya.

            Tanpa sadar Ify menghela nafas pelan. “Gila gue kalau lama-lama kayak gini..” ujarnya sambil melepas topi dan kacamata yang digunakannya sedari tadi.

            Rio merenggangkan dasinya. “Gue heran sama lo..” Rio menatap ke arah Ify. “Lo pemilik Entiarsa Corp. Penyandang nama Jcousin. Tapi lo berusaha mati-matian untuk nggak ke ekspos sama sekali.”

            Ify mengambil kaleng susu yang ada di kulkas kecil di dalam mobil Rio. “Gue sama sekali nggak suka dengan dunia entertain.”

            “Lo kan pasti tahu kalau dunia perbinisan akan mengaitkan dunia entertain. Udah satu paket. Nggak bakal bisa di pisahkan.” Rio menatap ke arah Ify tidak percaya.

            “Thanks udah nolongin tadi.”

            Alih-alih menjawab, Ify malah mengucapkan terima kasih kepada Rio yang menolongnya saat di serbu berbagai pertanyaan. Sedangkan Rio sendiri tidak mau meneruskan pembicaraan yang tadi. Karena menurutnya perkataan Ify terakhir adalah final dari pembicaraan yang tadi dilakukannya. Rio memejamkan matanya. Merilekska ntubuh dan juga pikirannya yang sempat di kuras saat penuntasan masalah perusahaannya.

            Mobil yang mereka naiki meluncur di antara mobil lainnya. Ify mengalihkan pandangannya kearah jendela. Melihat pemandangan jalan raya yang saljunya sudah di singkirkan ke samping sisi jalanan.

            Ify meneguk minuman kaleng susunya. Tinggal satumasalah gue.. Enour... batinnya.

-0-0-0-0-0-

Harapan saya setelah kalian membaca yaitu semoga ngefeel dan cukup memuaskan yaa :) Untuk kelanjutannya diusahakan paling lama seminggu ._. tapi nggak janji juga. Ya pokoknya gitu deh hehe ._.v

Maap juga kalau ada typo. Apalagi typo spasi. Itu murni kesalahan facebook sendiri -__-
Dipaling bawah nanti ada cover Barbie Girl part Sivia yang saya buat sendiri. Semoga terhibur dengan covernya. Sekalian minta tanggapan tentang covernya ya! hehe :D


Cheers!




@Lcoaster17


BG - Sivia


0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy your comment! :)