This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

27/04/14

White Coffee [2]


  • PART 2 : It’s First Love
“The day when I first saw you 
Your bright smile full of shyness
We’ll get closer after today 
Every day, I have heart-fluttering expectations—“

          Aku membuka pintu kamar mandi dengan membawa handuk dan pakaian dalam. Pertama kali masuk yang aku lakukan adalah langsung menyalakan keran air agar bathub kesayanganku terisi penuh. Aku menatap kaca yang ada di samping dekat pintu. Tanganku langsung segera mengambil sikat gigi beserta odol dan mulai membersihkan rongga-rongga yang ada di dalam mulutku.

          Entah kenapa yang ada di pikiranku saat ini adalah pertemuan kemarin sore saat hujan turun datang dan membuatku merasakan menjadi salah satu anak yang paling sial dengan kejadian bis mogok dan menunggu berjam-jam dengan kondisi kedinginan.

          Tapi mungkin itu juga yang membuatku merasa beruntung. Pada hari itu juga dan untuk pertama kalinya aku di traktir disebuah cafee baru yang ada di Dago. Free of one white coffee.

          Bukan hanya itu saja, aku juga merasa beruntung telah dipertemukan dengannya. Bukan karena aku jatuh cinta kepadanya, tapi terlebih karena aku tertarik dengan senyumannya. Senyumnya membuatku merasakan hal yang nyaman dan membuatku ikut menarik kedua sudut bibirku saat ia mulai tersenyum kearahku.

22/04/14

White Coffe [1]


  • PART 1 : It’s You
“—You come offering a coffee then I drink it,
A few moments I know if that was a white coffee
And at this point I began to like the white coffee—“

          Aku menatap malas kearah Sivia yang sejak dua puluh menit lalu mulai bercerita tentang pemuda yang bernama Alvin. Selalu begini. Setiap hari Sivia tidak pernah luput menceritakan betapa tampan, pintar, baik, perhatiannya Alvin ke semua orang. Aku bahkan terlalu bosan mendengar cerita Sivia seperti itu. Tiap hari tidak ada topic semenarik Alvin yang Sivia ceritakan kepadaku. Dan yang diceritakan tentu yang baik-baiknya saja. Ck, aku bahkan nggak pernah ketemu dengan pemuda yang sesempurna itu.

          Hello! In this world, no one was perfect. Ha-Ha-Ha.

          Adakah yang begitu sempurna di dunia ini? Tentu ada. Cuma satu, Tuhan. Itu yang aku tanamkan dalam pikiran dan hatiku. Tapi untuk people’s in this world nggak ada yang sempurna. Ada kelebihan tentu ada kekurangan. Ada kekurangan pasti punya kelebihan. Segalanya nggak ada yang sempurna. Aku bahkan bingung kepada Sivia yang katanya love at the first sight kepada Alvin sampai segitunya.

          “Ya! Alyssa! Do you hear me?”