09/07/12

End [2B]



            Rio tengah asik menjelajahi  data akun siswa yang bersekolah di Vinter. Schovate yang ia aktifkan tidak berlaku untuk dirinya. Hanya orang-orang selain dirinyalah yang tidak bisa mengakses seluruh data siswa di Vinter.

            Tangannya tergerak mengambil sandwich yang berada disampingnya. Sebelum memulai melacak keberadaan Ata, ia menyempatkan diri mampir ke kantin sekolah untuk mengisi perutnya.

            Matanya tidak lagi fokus pada layar laptopnya melainkan sudah mengarah pada pada permainan spairing klub basket sekolahnya. Rio bersandar pada bangku penonton. Matanya mulai menelaah pada setiap bagian gedung basket milik Vinter. Sampai kegiatannya terhenti pada saat layarlaptopnya berbunyi pelan dan menampilkan sebuah kotak dialog dengan cahaya merah yang terus berkedip. Diletakannya sandwich pada tempat semula dan dirinya sudah mulai mengetik sesuatu pada sebuah laptopnya.

            Tulisan yang terpampang di depan layar membuat dirinya semakin kalut. Dengan segera ia mengambil software kecil yang berada pada kantong seragamnya, Confair. Diaktifkannya confair itu dan diletakannya tepat disamping laptopnya.

            Confair adalah sebuah jenis software kecil untuk melakukan pengiriman dan penerimaan gelombang sinyal yang ada pada daerah tertentu. Bisa berguna sebagai pelacakan sebuah akun yang masuk pada lingkungan yang telah diaktifkan oleh schovate. Dan kini Rio tengah memperhatikan tulisan yang masih tetera pada layar laptopnya dengan geram.

WARNING!!!


***

            Sivia masih asik berbincang-bincang dengan teman lamanya. Sambil sesekali dia menunjukan sebuah foto yang diambil beberapa tahun silam.

            “Oh iya Via. Em gue minta tolong, jangan pernah panggil gue lagi dengan sebutan Ata Cilla. Tapi kalau Icil masih boleh kok. Hehe”

            Sivia menopang dagunya dengan kedua tangannya, “Kenapa?”

            “Ada sesuatu yang nggak bisa gue jelasin. Tapi intinya jangan pernah panggil gue dengan nama itu lagi. Lagi pula itu nama panggilan kecil gue.” Sivia tengah menatap orang didepannya yang ikut-ikutan menopang dagunya dengan kedua tangannya.

            “Nggak masalah. Tapi.. kenapa lo ngikutin gue dengan menopang dagu segala?” Tangannya diturunkan dan melipatkannya diatas meja sambil berdecak kesal.

            “Kalo gue pengen gimana? Hehe.”

            “Terserah lo deh.” Sivia masih meliriknya sebal.

            “Em.. Via tapi lo juga nggak boleh manggil gue dengan nama depan. Hanya boleh nama paling belakang. Oke?”

            “Terserah lo lagi deh Agatha Pricilla alias Ata Cila.” Sivia dapat merasakan aura mencekam saat ia mengucapkan kalimat tadi. Dengan segera ia menutup kedua telinganya.

            “SIVIAAAA!!”

***

            Gabriel sedang mengotak-atik akun samaran miliknya. Saat ia ingin mengakses data siswa-siswi yang ada di Vinter malah akun samaran miliknya terserang sebuah virus asing dan mulai menyerang seluruh sistem yang ada pada akun tersebut.

            Dengan segera dikeluarkannya kalung tanda pengenal miliknya lalu ditekannya tombol kecil yang berada di belakang secara berulang-ulang. Setelah itu Gabriel kembali fokus pada akun samarannya yang telah terserang virus. Berusaha mengembalikan akunnya yang sudah terkena virus asing.

            “Ah!” Gabriel berdecak prustasi. Rambutnya diacak asal.

            Gabriel masih mencoba mengotrol emosinya. Setelah dirasa cukup ia keluar kelas sambil membawa iPadnya.

            Siswa-siswi memenuhi setiap koridor kelas. Waktu istirahat masih sekitar satu setengah jam lagi. Dan biasanya siswa-siswi melakukan kegiatan apapun di sepanjang koridor kelas maupun di dalam kelas.

            Gabriel berjalan cepat menuju taman baca siswa sambil sesekali tersenyum pada setiap orang yang melihatnya. Diliriknya watch phone yang ada pada lengan kirinya, Ify belum membalas data yang ia kirim. Gabriel menghela nafas pelan. Apa mungkin Ify belum sempat baca?, pikirnya.

            Setelah sampai di taman baca siswa, Gabriel dapat melihat banyak bangku yang telah disediakan oleh sekolah namun hanya terisi segelintir orang saja. Diambilnya posisi tepat paling depan dekat dengan tanaman-tanaman yang berjulang tinggi dibelakang bangku tersebut.

            Gabriel duduk sambil mengamati sekitarnya. Setelah dirasa aman Gabriel melakukan pembicaraan melalui watch phonenya.

***

            Ify berjalan menuju arah kelas XI IPA 1. Ia dapat merasakan kalung tanda pengenalnya terus mengeluarkan cahaya kecil kedap-kedip. Ify semakin heran saat cahaya kedap-kedip tersebut tidak berhenti malah terus-terusan mengeluarkan cahayanya.

            “Gabriel kenapa sih?! Mencet tombolnya kenapa berkali-kali.  Sekali juga cukup. Dasar bocah jelek!”

            Ify terus merutuk dalam hati. Kebiasaan Gabriel yang tidak pernah berubah-ubah adalah jika ada sesuatu yang dirasa penting ia pasti akan menekan tombol yang berada pada kalung tanda pengenalnya secara berkali-kali.

            Ify terus berjalan dan mulai menaiki tangga. Kelas XI IPA 1 berada di lantai kedua dan itu harus menaiki tangga untuk bisa sampai disana. Tiba-tiba watch phonenya bergetar. Gabriel menghubunginya. Dengan segera Ify langsung terburu-buru menaiki tangga dan mulai mencari kamar mandi terdekat agar ia bisa leluasa menjawab panggilan Gabriel.

            Setelah menutup pintu kamar mandi, Ify segera mengaktifkan watch phonenya dengan membisikan sebuah passwordWatch phonenya menunjukkan warna hijau yang berarti sudah diaktifkan dan seketika wajah Gabriel yang panik muncul pada watch phonenya. Belum sempat ia bertanya, Gabriel langsung memberinya sebuah intruksi yang membuat dirinya terdiam.

            “Fy, gue ada di taman baca siswa. Lo kesini segera. Urgent!”

            “Apa yang terjadi?” Ify bersender pada balik pintu kamar mandi.  

            “Ada yang mengaktifkan schovate di Vinter dan sekarang akun gue terkena virus! Lo kesini. Cepet!”

            “Lo bawa iPad kan? Aktifin sinyal SOS segera. Gue kesana.” Ify dapat melihat Gabriel mengangguk dan seketika layar watch phonenya gelap artinya Gabriel sudah memutuskan sambungannya.

            Ify membuka pintu kamar mandi. Berjalan pelan menuruni tanggan menuju tempat Gabriel. Pikirannya bercabang. Ify yakin ada seseorang yang berusaha menghalangi jalannya untuk melacak keberadaan Ata Cilla. Apa yang harus dilakukannya agar bisa menonaktifkan schovate yang telah terpasang di sekolah ini? Ify berdehem pelan.

            Ify rasa dia tau bagaimana cara menonaktifkan schovate yang telah terpasang dalam sebuah sekolah. Dengan cepat Ify berbalik dan mulai menaiki tangga menuju lantai paling atas gedung Vinter.

            ‘Hanya ada satu orang yang bisa membantu.. Alvin. Alvin Jonathan.’

***

            Alvin tengah mengotak-atik alat-alat yang baru saja ia beli. Merancangnya menjadi sesuatu yang lebih baru lagi. Alvin tidak bergeming saat handphonenya berbunyi. Hingga tiga kali deringan dihandphonenya membuat Alvin berdecak kesal. Disambarnya handphone pada saku celananya. Alvin sempat terdiam beberapa detik saat membaca nama yang tertera pada layar hanphonenya, Ify Alyssa.

             ‘Em halo Alvin..’

            Suara sapaan langsung terdengar di telinga Alvin saat dirinya memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

            “Sorry. Gue sibuk”

            Alvin dapat mendengar helaan nafas pelan di telinganya. Dilangkahkan kakinya menuju tas yang terbuka di sudut ruangannya. Ia dapat melihat sekotak rokok yang tersimpan di tasnya. Alvin mengambil sekotak rokok dari tasnya dan menarik sebatang. Kemudian disulutnya rokok itu.

            ‘Kali ini aja Vin..’       

             Alvin menghembuskan asapnya pelan, “Gue nggak bisa.”

            ‘Vin.. Pliss!’

            “Lo ngerti omongan gue tadi nggak si?! Gue sibuk!” Alvin berdecak kesal. Dihisapnya rokokk itu dengan tarikan panjang lalu dihembuskannya kuat-kuat.

            ‘Baiklah.. Tapi kali ini aja tolong bantu gue. Nanti malam pukul 7 di Molight Park.’

            Sambungan terputus. Alvin terdiam beberapa saat dengan rokok masih terselip di bibir. Matanya memandang fokus layar wallpaper handphonenya. Foto dirinya bersama Ify saat menghadiri pertemuan dengan para agen U-Corp.

            Alvin menghisap rokoknya kuat-kuat dan dihembuskannya asap rokok itu. Ia membuang sisa putung rokok itu lalu diinjaknya secara perlahan.

            “Lo yang buat gue kaya gini Fy...”

***

            Rio  berdecak kesal. Confairnya tidak berhasil menemukan akun yang masuk pada daerah schovate miliknya. Ia sendiri yakin tanpa mengaktifkan confair pelakunya adalah IA ataupun GS, Agen-S0B dari U-Corp.

            Dan seketika niatnya pupus untuk melakukan pelacakan keberadaan Ata Cilla batal karena salah satu dari Agen-S0B hampir menembus batas schovate yang telah diaktifkannya. Dengan segera dirapikannya peralatan yang tadi ia bawa dan mulai bergegas keluar dari gedung basket.

            Bersamaan dengan itu Ify baru saja turun dari lantai atas gedung Vinter. Ia baru saja menghubungi Alvin beberapa saat yang lalu. Ify masih tidak mengerti kenapa Alvin bersikap seolah-olah dirinya tidak penting. Ia juga tidak yakin Alvin akan datang pada pertemuannya nanti malam. Tapi dirinya sangat berharap bahwa Alvin benar-benar akan datang di Monlight Park.

            Ify berhenti untuk mengikat tali sepatunya yang lepas. Ditaruhnya tas kecil yang sedari tadi di bawanya tepat disamping kanannya. Hingga matanya teralih pada sebuah sepatu yang ada dihadapannya. Ify mendongak keatas melihat seorang anak laki-laki berhenti di depannya. Dengan segera Ify berdiri.

            “Maaf, bisa kepinggir sedikit nggak? Ngalangin jalan.”

            “Eh iya maaf... AW!”

            Ify meringis. Dirinya tersandung kakinya sendiri akibat tali sepatunya terlepas lagi. Rio tersenyum kecil. Memandang sosok Ify yang terlihat aneh dimatanya. Diulurkan tangannya untuk membantu Ify berdiri. Ify tersenyum sambil menerima uluran tangan Rio.

            “Thanks.” Ify menggaruk tengkuknya pelan sambil tersenyum kecil.

            “Lain kali hati-hati.”

            Rio berjongkok. Mengikat tali sepatu Ify yang lepas. Hal itu membuat Ify terperangah kaget. Setelah dirasa cukup kuat ikatannya Rio mulai berdiri, mesejajarkannya dengan Ify.

            “Sekali lagi makasih. Em.. Fika.” Ify mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

            “Rio.” Rio menjabat tangan Ify dan membalas senyum Ify.

            “Duluan ya! Sampai nanti..”

            Rio mulai berjalan berlawanan dari Ify. Sesekali berbalik badan dan mulai melambaikan tangannya ke arah Ify sambil tersenyum kecil. Ify hanya tersenyum sebentar karena sedetik kemudianwatch phonenya bergetar dan menampilkan cahaya merah.

            Ify lantas melihat kearah layar watch phonenya yang menampilkan sejumlah kalimat.

                                                            Agen H-Corp Terdeteksi

            Mulutnya terkatup. dan matanya beralih kearah Rio yang tengah berjalan pelan. Anak panah tampil di layar watch phonenya setelah kalimat itu. Menunjuk kearah Rio yang sudah berjalan jauh didepannya namun masih terlihat. Disini hanya ada dirinya dan Rio yang melesat jauh didepannya. Dirinya tidak mungkin bagian dari H-Corp lalu Rio?

            Ify masih menatap koridor yang lenggang. Rio sudah tidak terlihat lagi bersamaan dengan itu layar watch phonenya menampilkan sebuah kalimat lagi.

                                                            Agen H-Corp Tidak Terdeteksi.

            ‘Jadi Rio adalah agen dari H-Corp?’

***

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy your comment! :)