08/07/13

Endless Love [RIFY]

-Endless Love-


            Aku melihatnya lagi. Dia berdiri di sebuah pohon besar yang melindunginya dari sinar matahari. Dengan tubuh yang bersandar di batang pohon. Kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana. Tidak lupa juga earphone yang menjuntai di telinganya.

            Dari samping dia terlihat seperti seorang pangeran. Oke mungkin aku sedikit berkhayal, karena di jaman sekarang hidup semakin berkembang dan memakai logika. Tidak ada lagi pangeran berkuda putih yang selalu menghampiri gadis cantik dari kalangan biasa.

            Tapi.. aku selalu berharap bahwa dia seorang pangeran dan menjemput gadis cantik sepertiku untuk masuk menuju hatinya. Membaur untuk merasakan sebuah cinta dan saling mempertahankan. Entahlah mungkin ini hanya harapanku. Seorang gadis dari kalangan biasa dan mempunyai impian yang jauh untuk digapai.

            Aku masih menatapnya. Dia seorang diri.. dan bimsalabim! Seorang putri cantik dengan dress putih yang membalut tubuhnya datang menghampirinya dengan riang. Cih.. jika dibandingkan denganku... tentu saja aku... kalah.

            Yayaya seperti yang kalian duga. Bahwa sang pangeran akan tersenyum senang menatap seorang putri cantik dihadapannya. Senyumnya hangat. Sorot matanya mengeluarkan kebahagiaan yang sangat jelas. Dia bahagia. Tapi aku? Aku jauh dari kata bahagia.

            Belakangan ini aku sudah mengetahui bahwa seorang putri cantik itu bernama Sivia. Lengkapnya Sivia Azizah. Nama yang cantik sama seperti wajahnya. Tidak sepertiku yang mungkin jika didengar sekilas akan terlihat keren. Alyssa Saufika. Cantik bukan namaku? Ugh.. tapi namaku tidak secantik wajahku.

            Aku duduk di kursi taman. Memandang jauh dua sejoli yang akhirnya mengikrarkan cintanya. Aku teringat saat pertama kalinya aku bertemu dengan dia, pujaan hatiku.

            Saat itu hujan turun dengan derasnya. Suara petir terus berdatangan dan sialnya lagi aku terjebak di depan pos satpam sekolah. Duduk berdiam diri dengan tubuh yang berangsur-angsur dingin. Dengan nekat akhirnya aku berlari menembus hujan hingga tubuhku basah kuyup kedinginan. Dan saat itulah dia datang.

            Aku tersenyum mengingatnya. Jika ada sesuatu yang berhubungan dengan pujaan hatimu sekecil apapun, apa yang kau rasa? Senang? Hati berbunga-bunga? Pipi merona merah? Atau bahkan melompat-lompat kegirangan? Kalian tahu.. aku mengalami itu semua.

            Dengan payung hitamnya dia melindungiku dari tetesan hujan. Seketika aku berhenti dan langsung menatapnya. Tangannya menarik lenganku, membawa aku ketempat teduh untuk sementara.

            Walau bingung karena aku tidak mengenal sama sekali pemuda ini dan terlebih lagi dia tiba-tiba menarik lenganku, aku tetap mengikutinya.

            “Kenapa kamu nekat menerobos hujan sih? Sungguh aku tidak tega melihat seorang perempuan berlari dengan tubuh basah kuyup. Dan sama sekali tidak ada yang memberhentikanmu melakukan itu.”

            Lontaran kalimat pertama kali yang dia lakukan sungguh membuat aku terpanah sesaat. Merasakan hatiku yang dilambung pergi mengelilingi awan dengan riang. Aku bahkan dapat merasakan pipiku merona merah karena perkataannya barusan.

            “Aku sedang terburu-buru dan sedikit ada urusan.”

            Akhirnya hanya kalimat itu yang bisa aku ucapkan untuk membalas kalimatnya. Dia mengangguk kecil dan menyodorkan payung itu ke tanganku. Aku menerima payungnya dari tangannya dan kuliat dia sibuk mencari sesuatu di tasnya.

            Aku melongo hebat kearahnya. Dengan santainya tiba-tiba dia menyerahkan masker dan jaket jinsnya yang bewarna biru muda.

            “Pakailah. Kamu membutuhkannya dari padaku.”

            Oke. Aku mulai merasa seperti di atas awan. Kalimatnya barusan romantis! Aku terpanah olehnya.. dan aku mulai jatuh cinta kepadanya. Seorang pemuda yang aku bahkan tidak pernah kenal tapi jika dilihat dari wajahnya sepertinya dia dua tahun diatasku.

            “Aku---“ Perkataanku terhenti saat dia mulai memakaikan jaketnya ke tubuhku yang kecil. Begitu juga dengan masker yang dipakainya ke mulutku.

            “Pakai masker ini. Semua ini membantumu agar tidak ada debu yang masuk hingga kamu menjadi sakit. Sekarang hujan angin jadi segalanya bisa memungkinkan.”

            Aku menganggukan kepalaku kepadanya. Mengucapkan banyak terima kasih karena bisa memperhatikanku sebegitu jauh.

            “Aku Mario. Kamu bisa panggil aku Rio.” Dia mengulurkan tangannya berusaha memperkenalkan dirinya.

            Aku membalas jabatan tangannya. “Alyssa Saufika. Kamu bisa memanggilku dengan nama Ify.”

            Dia tersenyum ramah dan mengusap puncak kepalaku dengan pelan. Aku melambung! Oh Tuhan.. dia sungguh pria idaman wanita. Huft.. aku tidak bisa berkata-kata lagi menggambarkan tentang dirinya.

            Hari itu juga, aku mengetahui namanya. Begitu juga dengan senyumnya yang tidak akan bisa aku lupakan begitu saja. Aku terus merekam semua adegan yang terjadi hari ini. Dia penyelamatku. Dia pangeranku. Dan dia pujaan hatiku mulai saat ini.

            Aku tersadar dari lamunanku. Pangeranku sudah berlarian mengejar sang putri. Aku tersenyum miris melihatnya. Oh ayolah, aku sudah bertahan dari pertama kali aku bertemu dengannya selama tiga tahun. Tiga tahun yang membuatku terus merasakan sakit didalam sini, hatiku.

            Kalian tahu setelah kejadian romantis waktu itu, aku langsung mencari info tentang dirinya. Mengikuti segala rutinitas yang dia lakukan setiap hari. Dia tidak pernah mengetahuiku dan segala tentangku. Atau bahkan dia sudah lupa siapa yang ditolongnya waku itu..

            Hingga aku merasakan tubuhku tersentak. Menatapnya sendu dari kejauhan saat melihatnya menyatakan cinta dengan seorang perempuan cantik. Aku menghela nafas pelan dan meyakinkan diriku bahwa mungkin memang ini takdirku. Dia menyukai wanita lain yang mulai sekarang sudah menjadi miliknya sebagai pasangan kekasih.

            Waktu terus berlalu dan selama itu pula aku tidak bisa menghapus segala perasaan yang sudah berkembang memenuhi seluruh hatiku dan pikiranku. Tiga tahun berlalu tapi aku masih mencintainya.

            Rasa-rasanya cintaku tidak memiliki akhir dari semua tentangnya. Aku kembali memfokuskan diriku untuk melihat kearah pangeranku yang sibuk bercengkrama dengan Sivia, sang putri yang sudah menjadi kekasihnya.

            Dia tidak akan pernah tahu bahwa aku menunggunya. Bahwa aku juga masih mecintainya semenjak kejadian saat hujan itu. Dia tidak pernah menengok kearah belakang karena untuknya saat ini ialah masa depannya dengan Sivia. Seorang putri yang dia cintai.

            Aku menarik nafas dalam-dalam. Lalu bangkit dari dudukku dan mulai berjalan meninggalkan pangeran dan putri hatinya. Dalam hati aku masih meyakinkan diriku bahwa ini takdir hidupku yang memang tidak bisa menyatu olehnya. Tiga tahun tapi kalimat itu masih tidak mempan di hatiku. Terasa sia-sia tapi dengan bodohnya kalimat itu masih menjadi senjata ampuh untukku agar bisa melupakannya.

            Kalau waktu bisa diulang, aku berharap bisa mengulang kejadian hujan saat itu. Atau kalau waktu tidak bisa diputar ulang pun, tolong pertemukan dia padaku dengan kejadian yang tidak bisa ditebak.

            Dan pada saat itu aku akan menanyakan, apakah aku pantas untukmu? Pantas menjadi orang nomor satu dihatimu selain keluargamu tentunya? Apakah aku akan menggeser Sivia dari hatimu? Terakhir.. apakah aku bisa menjadi putri yang mengisi relung hatimu seutuhnya?

***

Heii hehehe. Ini sumpah abal abis ceritanya -_- ya semoga kalian menyukainya. Tetep minta saran dan kritik ya hehe. 

Love ya!


@Lcoaster17


cover by N2Art

1 komentar:

  1. kok? Nye?zeekkk? aaa:((( ify kasian. keren bgt kakk! suka-sukaa, keep writing ya kak, <3 boleh minta followback blog aku ga? hihi^^ Thankuu!;-)

    BalasHapus

Enjoy your comment! :)