23/07/13

Believe In Love - 1

BIL - 1


            Alyssa berhenti menatap bangunan yang megah di depannya. Sebuah rumah dengan pekarangan halaman yang luas dan di isi berbagai macam tanaman. Di pintu gerbang terdapat pos satpam yang menjaga selama dua puluh empat jam. Segala keperluan terhadap sesuatu yang berhubungan dengan keluarga didalam harus melewati prosedur dan didata di post satpam didepan.

            Helaan nafas kasar terdengar dari bibir mungilnya. Dengan malas, Alyssa mulai beranjak melewati rumah itu yang termasuk dalam kejayaan besar. Kakinya terus melangkah membawanya kesebuah taman.

            Taman yang terawat indah dengan air mancur yang berada di tengahnya. Beberapa bangku yang tersebar di beberapa tempat juga terlihat. Tampaknya taman ini jarang di datangi oleh penduduk perumahan elit itu. Walau masih dalam satu lingkup yang sama, taman ini jaraknya cukup jauh dan dan berada di belakang perumahan.

            Karena tidak ada yang bisa dilakukannya, akhirnya Alyssa berjalan menyusuri taman. Hari sudah cukup sore tapi entah kenapa dia tidak mau beranjak dari tempat ini. Langkahnya berhenti di sebuah bangku dekat pohon yang menjulang tinggi.

            Matanya mengarah pada sosok pemuda yang duduk bersandar dengan mata terpejam. Headphone putih terpasang di kedua telinganya. Alyssa mengeryitkan dahinya menatap punggung belakang sosok didepannya.

            Dengan langkah ragu, Alyssa segera berjalan dan duduk di samping pemuda itu. Dari samping pemuda itu memiliki kulit yang hitam manis. Rambutnya sedikit di mohawk. Wajahnnya terbentuk sempurna. Alyssa mengarahkan pandangannya ke bawah menikmati postur tubuh tegap dan terlihat terurus keluar-masuk gym.

            Alyssa menghela nafas pelan. Pandangannya kembali menikmati pemandangan sekitar. Rasanya dia betah seharian berada disini. Dan taman ini langsung masuk kedalam list yang harus setiap saat di kunjunginya tanpa batas waktu.

            “Kamu siapa?”

            Alyssa tersentak saat sebuah suara mengagetkannya. Dilihatnya sosok pemuda yang disampingnya sudah menatap tajam manik-manik matanya. Headphone yang terpasang di telinganya sudah dia turunkan hingga bergantung di lehernya.

            “Alyssa.” Jawabnya setelah lama terdiam.

            Pemuda itu menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Okey. Terus kenapa kamu bisa disini?”

            Alyssa mengeryit bingung. Dia siapa gue gitu? Kan terserah gue kenapa bisa disini, batinnya berdecak.

            Pemuda itu nampaknya mengerti akan tatapan perempuan di hadapannya. Dia mengalihkan pandangannya dan mengambil handphone di saku jaketnya. “Saya Mario. Kamu bisa panggil saya Rio.”

            “Emang ada yang nanya?” Alyssa bergumam kecil dan kembali sibuk dengan pikirannya.

            Mario menampakkan senyum manisnya. Dari ekor matanya, dia bisa melihat Alyssa yang sedang melamun. Namun begitu wajahnya masihnya memancarkan paras cantiknya. Rambut panjangnya tergurai indah dan jatuh melewati bahunya. Lekuk wajah yang tirus dengan hidung mancung dan bibir yang bewarna merah muda.

            Untuk saat ini Mario merasa memang sudah sewajarnya dia mengukir senyum manisnya mengingat perempuan yang memang cantik alami berada di sampingnya. Bukan untuk mencoba flirt tapi jika kalian dihadapkan dengan seseorang yang bisa membawa hatimu berlabuh karena cantiknya yang natural bagaimana sikapmu? Sewajar-wajarnya adalah hanya mengukir senyum manis yang terus mengembang.

            Mario tertawa kecil akibat pikirannya yang melantur entah kemana. Matanya melirik jam tangan yang ada di pergelangan kirinya. Sudah pukul setengah enam sore. Akhirnya dia beranjak dari duduknya dan berjalan menjauhi taman.

            Sebelum itu Mario memberhentikan langkahnya tepat di belakang Alyssa. “Hey Alyssa!”

            Alyssa kembali tersentak dan segera membalikkan tubuhnya menghadap pemuda yang memanggilnya dari arah belakang. Matanya berubah memandang datar pemuda didepannya.

            Mario tersenyum kecil. Lalu dia kembali melanjutkan perkataannya. “Hari ini cukup menyenangkan bisa bertemu denganmu. See you next time ya.” Mario kembali berjalan menjauhi taman setelah mengucapkan perkataan tersebut.

            Ditempat yang sama, Alyssa mulai mengeluarkan raut bingung. Seakan-akan tidak percaya dengan perkataan Mario barusan. Tanpa mau tahu lebih lanjut karena baginya Mario hanya orang asing yang tiba-tiba tidak melakukan sedikit percakapan dengannya.

            Dia ikut beranjak meninggalkan taman ini. Besok dia akan menyisihkan sedikit waktunya untuk bersantai di taman ini lagi. Ya.. hanya sedikit waktu yang dia punya.

***

            Alyssa sampai dirumah pukul delapan malam. Tadi dia ketinggalan bus menuju arah rumahnya dan dengan terpaksa dia kembali menunggu kembali bus yang melewati arahnya. Ketika sampai di rumah, Alyssa segera mengunci pintu rumahnya.

            Rumahnya berada di pinggiran kota Jakarta. Mayoritas mereka menyebutnya tempat berkumpulnya orang kumuh, miskin dan tidak berpendidikan. Pada kenyataannya Alyssa memang tinggal disana. Rumah petakan dan hanya berisi satu dapur dan kamar mandi. Kamar tidurnya merangkap langsung ketika pintu rumah dibuka.

            Tidak ada televisi. Tidak ada internet. Tidak ada radio. Semuanya benar-benar sederhana. Tapi walau begitu Alyssa masih tetap bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan padanya.

            Alyssa segera menyiapkan segala kebutuhan sekolahnya besok pagi. Semua buku mata pelajaran besok dia masukkan kedalam tas usangnya. Tugas-tugas yang diberikan gurunya sudah dia kerjakan tadi pagi. Semuanya beres.

            Dia melangkahkan kakinya menuju dapur. Hanya tersisa nasi dan telur ceplok, Alyssa kemudian mengambil piring dan menyendokkan nasi serta lauknya. Dia memakannya dalam diam. Tiap hari hanya makanan itu yang bisa dia makan atau saat dia mendapatkan jatah uang jajan perbulannya dari beasiswa yang dia peroleh, dia bisa makan daging ataupun ikan.

            Alyssa termasuk tipekal orang yang ingin mempergunakan uangnya sebaik mungkin. Tidak ingin dihambur-hamburkan hanya karena keinginannya sesaat. Dia lebih memprioritaskan kebutuhan hidupnya yang mendesak.

            Dia meneguk air putih yang ada di gelas. Kemudian membawa semua piring kotor dan mencucinya di dapur. Setelah itu Alyssa berjalan menuju ruang depan. Dia membaringkan tubuhnya yang hanya beralaskan tiker coklat yang sudah telihat kumuh.      

***

            Mario berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan senyum mengembang. Entah kenapa hari ini dia sangat semangat memulai hari pertamanya sebagai pelajar di SMU Nusa Bangsa. Terlebih lagi dia akan bertemu kembali dengan seseorang yang ditemuinya kemarin sore di taman.

            SMU Nusa bangsa memiliki peringkat nomor tiga di seluruh SMU di Jakarta. Bisa dibilang masuk kedalam list SMU terfavorit sepanjang masa. Walau masih berada di peringkat ketiga, prestasi akademik dan non akademik tidak bisa dianggap remeh. Mereka selalu masuk ke dalam tiga besar OSN (Olimpiade Sains Nasional).

            Bukan hanya itu saja, SMU Nusa Bangsa terkenal dengan ekskul anggarnya. Seringkali memenangkan lomba yang diselenggarakan secara nasional. Semua orang berlomba-lomba untuk bisa masuk kedalam ekskul tersebut tapi hanya beberapa orang saja yang bisa dijadikan anggota tetap ekskul tersebut.

            Mario memberhentikan langkahnya saat melihat Alyssa berjalan melewatinya. Dari belakang dia bisa melihat rambut Alyssa yang kemarin di gerai kini di ikat kepalan kuda. Sepertinya Alyssa tidak menyadari kedatangan hari pertamanya sebagai murid baru di sekolahnya.

            Tanpa sadar seulas senyum tipis terlukis di wajahnya. Kemudian Mario kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti menuju ruang kelas barunya yang sudah diberitahukan oleh pihak sekolah saat melengkapi berkas-berkas sekolahnya kemarin.

            Saat sampai diruangan 2IPA1, Mario langsung berjalan memasuki kelasnya di ikuti oleh tatapan para siswa-siswa yang berada di ruangan itu. Murid perempuan merasa anugerah karena memiliki siswa baru yang bisa dibilang kece. Muka tampan, body oke, penampilan bisa dibilang anak remaja jaman sekarang banget. Sedangkan anak laki-laki merasa dunianya runtuh seketika karena merasa tersaingi. Walau tidak bisa di pungkiri bahwa Mario memang lebih tampan dari mereka semua.

            Mario hanya tersenyum sekilas menatap teman-teman barunya dan kembali melihat-lihat tempat duduk yang kosong untuk bisa di tempatinya. Akhirnya Mario duduk di paling belakang dengan seorang perempuan yang masih setia membaca buku pelajaran padahal bel masuk belum berbunyi.

            “Hey!” ucapnya sambil mendudukan dirinya di bangku.

            Perempuan itu menoleh dan mengeryit hebat melihat Mario duduk disampingnya. “Lo siapa?”

            “Apa kamu nggak inget aku? Kita baru kemarin sore ketemu di taman Alyssa.” Mario masih menampilkan senyum indahnya.

            “Lo anak baru?”

            Mario mengangguk pelan. Dan mulai mengeluarkan buku pelajaran diatas mejanya. “Senang bisa ketemu kamu lagi disini.” Ujarnya tanpa menolehkan pandangannya kearah Alyssa.

            Alyssa menunjukkan raut tidak sukanya pada Mario, pemuda yang bahkan dia lupa namanya saat Mario tidak mengingatkannya kembali tentang kemarin sore di taman. Dan dia pun harus rela duduk bersama Mario karena di ruang kelas ini hanya ada satu kursi kosong tepat di sampingnya.

            Sepertinya hari-hari yang mulai dijalaninya di SMU Nusa Bangsa sekarang ini akan sangat berat mengingat Mario selalu ikut campur dalam apapun mengenai dirinya.

***

Hai! Ini aku udah buka dari segel Private Post. Untuk seterusnya sistemnya itu akan di private post sebelum tanggal publish. Untuk lebih lanjutnya nanti liat aja part kedepannya kaya gimana hehe. Makasih yang udah baca :)

Love!



@Lcoaster17

0 komentar:

Posting Komentar

Enjoy your comment! :)